Facebook

Tipu Daya Asing Untuk Menguasai Freeport dimulai dengan Isu SARA di Jakarta

Tahukah Anda kenapa Suriah hancur? Karena Presiden Suriah Bashar Assad menolak proyek pompa gas menuju Qatar, Arab Saudi, Yordania dan Turki yang dapat disedot oleh Eropa secara langsung. Arab Saudi dan Turki adalah kroni Amerika yang pro Israel. Negara-negara itulah yang kemudian menciptakan kekacauan, pemberontakan, terorisme dan instabilitas politik di Suriah dengan isu SARA melalui kucuran dana, senjata, buku agama, fatwa, ulama dan ideologi Wahabi radikalnya.

Amerika berkepentingan untuk menjatuhkan Suriah yang pro Iran dan pro Rusia serta menguasai sumber daya minyaknya. Amerika juga berkepentingan untuk melemahkan Suriah yang konsisten menjadi ancaman sekutunya yaitu Israel di kawasan Teluk. Bersama Arab Saudi, Turki dan berbagai media mainstream internasional mereka melancarkan propaganda dan penyesatan opini publik yang mengaitkan isu ini sebagai perang sektarian antara Sunni dan Syiah.
Akhirnya ribuan mujahid Wahabi dari seluruh dunia berkumpul di Suriah dan mengakibatkan Perang Saudara yang meluluhlantakkan Suriah, negara demokratis dan pluralis yang sebelumnya secara ekonomi dan politik termasuk paling mapan di kawasan Timur Tengah selama beberapa dekade. Inilah yang disebut sebagai strategi Proxy War (Perang Boneka) yang mungkin juga sedang dijalankan di Indonesia saat ini.

Ada video rekaman saat Hillary Clinton mengucapkan “mari kita manfaatkan Wahabi” di sidang parlemen Amerika. (ada kemungkinan Hillary kalah dalam Pilpres Amerika karena email pribadi dia diretas oleh Rusia yang pro Asaad dan disebarkan ke seluruh amerika bahwa Hillary menerima kucuran dana dari Arab ke yayasan Clinton yang mengindikasikan keterlibatannya dalam pembentukan teroris ISIS). Banyak juga bukti keterlibatan Arab Saudi, Turki dan Amerika dalam perang Suriah ini. Ratusan mujahid Indonesia juga berangkat ke Suriah karena isu perang Sunni-Syiah yang dihembuskan oleh fatwa dan ideologi Wahabi yang disponsori oleh Turki dan Arab Saudi yang merupakan kroni Amerika dalam “perang minyak yang mengatasnamakan agama” ini.
Dari Suriah mari kita berkaca pada kejadian sejarah di Indonesia. Pada Agustus 1959 Direktur Freeport Sulphur Forbes Wilson bertemu dengan Jan van Gruisen, managing director dari East Borneo Company yang menceritakan bahwa dirinya baru saja menemukan sebuah gunung emas di Papua. Freeport pun memutuskan untuk meneken kontrak eksplorasi dengan East Borneo Company pada 1 Februari 1960.
;
Tapi perjanjian kerja sama antara East Borneo Company dan Freeport menjadi mentah karena Pemerintahan AS yang saat itu dikuasai John F Kennedy (JFK) justru membela Indonesia, dan mengancam akan menghentikan bantuan Marshall Plan kepada Belanda jika tetap ngotot mempertahankan Irian Barat. Tapi kemudian Kennedy mati ditembak pada 22 November 1963.
Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak pertambangan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Amerika sebagai salah satu dari investor pertambangan terbesar di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini. Selama beberapa dekade, CIA telah terlibat dalam berbagai upaya untuk membunuh dan menjatuhkan Sukarno. Sudarto Danusubroto, pengawal pribadi dan ajudan Sukarno mengatakan ada 7 kali percobaan pembunuhan terhadap Soekarno dan hal ini dibenarkan oleh eks Wakil Komandan Tjakrabirawa, Kolonel Maulwi Saelan. Usaha kudeta pertama pada tahun 1958 gagal mengguncangkan pemerintahan Sukarno. Tetapi pada tahun 1965, mereka akhirnya berhasil menyingkirkan Sukarno.

Peran penting Suharto menempatkannya di kursi kepresidenan pada tahun 1967. Pada tahun 1998, Pemerintah Amerika mengklasifikasikan sejumlah dokumen yang menggambarkan berbagai operasi rahasia CIA di Indonesia. Kesuksesan dari strategi CIA di Indonesia digunakan lagi untuk menggulingkan Presiden Cile, Salvador Allende melalui kudeta tentara pimpinan Jendral Agusto Pinochet dengan nama sandi " Jakarta Operation."
Pasca Suharto berkuasa perjanjian komposisi saham PT. Freeport Indonesia adalah 81,28% dimiliki oleh Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (AS), 9,36% milik Pemerintah Indonesia dan 9,36% dimiliki oleh PT. Indocopper Investama milik Bob Hassan, kroni Soeharto (namun kini dikuasai Bakrie). Sejak pertama penambangan sampai saat ini, PT. Freeport konon sudah menghasilkan sebanyak 724,7 juta ton emas (angka ini mungkin bisa ditelusuri lagi kebenarannya, yang jelas ada banyak sekali) dari bumi Indonesia yang hasilnya sebagian besar dikuasai oleh Amerika dan pejabat korup Indonesia.
Semenjak Jokowi berkuasa, para pejabat korup dan Amerika kalang kabut karena kenikmatan dan pundi-pundi uang mereka makin terancam. Selama ini semua negosiasi berhasil dimenangkan oleh Freeport. Presiden sebelumnya tidak ada yang berani menaikkan bergaining apalagi mengubah dari Kontrak Karya menjadi Ijin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Kali ini, dengan sikap Jokowi yang berani dan koepig (keras kepala) Freeport tak berdaya dan akan memberikan divestasi saham 51 persen kepada pemerintah. Akhirnya Freeport kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Amerika tentu tidak tinggal diam dengan kerugiannya yang luar biasa ini. Pokoknya Jokowi harus hancur dan hal ini bisa dilakukan melalui rekayasa isu SARA untuk menggoncang pemerintahan sebagaimana yang selama ini telah menghasilkan banyak kesuksesan di Timur Tengah dalam “perang perebutan ladang minyak”nya. Dan Amerika punya sekutu yang sangat menguntungkan yaitu Arab Saudi dan Turki yang memiliki jaringan dana, fatwa dan ulama untuk mengimport ideologi wahabi radikal ke negeri ini yang akan menciptakan konflik dan instabilitas dalam negeri.
Kasus Ahok sengaja di bikin sedemikian rupa sebagai pintu masuk untuk bisa menjatuhkan Jokowi dan kemudian menguasai Indonesia. Setelah isu Syiah gagal diterapkan kini mereka ganti menghembuskan isu anti Cina dan anti PKI persis seperti strategi dan propaganda CIA tahun 1965 lalu dengan aktor politik Suharto dengan TNInya.
Ikhwanul muslimin dan Hizbut Tahrir (di Indonesia menjadi HTI) adalah kelompok-kelompok yang turut memprovokasi kehancuran Suriah melalui demo dan isu SARA yang mereka hembuskan. Jadi jangan heran jika huru hara politik di negeri ini juga melibatkan kelompok yang sama. Saat Indonesia terpecah karena perang saudara atas dasar SARA maka saat itulah kekuatan asing akan masuk dan leluasa menguasai sumber-sumber daya alam Indonesia yang kaya raya ini.

Orang bodoh akan selalu dimanfaatkan dan dipermainkan oleh orang serakah yang cerdas dan culas. Dan inilah yang sedang terjadi di negeri ini dimana sekumpulan orang bodoh yang anti Amerika secara tanpa sadar justru sedang diperalat dan dijadikan pion untuk membantu Amerika mendapatkan tujuan politik dan ekonominya. Ini adalah masalah politik, duit dan kekuasaan dengan menjual kedok agama, bukan masalah iman, Tuhan dan sorga neraka.....